Tak Selamanya Air Susu Dibalas Air
Tuba
“Krrrrrrrrriiiiiiiiiiiinnnnnnggggggggg........” bel
istirahat pun berbunyi.
“Ahahahaa kesekolah bawa bekel, masih jaman. ” Cinda dengan
nada sombong.
“Lah emang kenapa? Ngaruh gitu sama harga beras?” jawab Hera
dengan nada kesal.
Dengan
muka masam Cinda pun pergi meninggalkan Hera. Selang beberapa detik terdengar
suara teriakan dari luar kelas.
“Uluuhh, si Cinda kenapa tuh?” Imas pun berdiri terkejut.
“Sensasi kali.” Jawab Hera cuek.
“Imaaaasss tolongin...” teriak April dari luar.
“Tuh kan Her, ada apa-apa diluar, liat yuk keluar.. Ayoo!”
Imas pun panik.
“Ahh, ngapain si Mas, paling juga si Cinda jatoh kali. Udah
kenapa si banyak yang nolong ini. Mungkin itu ganjaran buat dia, jadi orang
sombong banget si.” Jawab Hera sinis.
“Imaasss, Heraa. Bantuin ngangkat si Cinda, dia gabisa
berdiri.” April dengan nafas terengah-engah menghampiri Hera dan Imas.
“Wah yang bener?” jawab Imas dengan panik.
“Iya bener imas.” Jawab April
“Alahhh.. si Cinda mah cuma akting.” Sahut Hera nada sinis.
“Ya Allah Hera, serius ini mah, ayo tolongin kasian dia.”
April dengan nada memaksa.
“Eh siapa pun, tolongin gue.. Aaaahhhh sakit.” Teriak Cinda
dari luar.
“Tuh kan dia teriak minta tolong.” Kata april
“Yaudah yuk ayo, nanti keburu kenapa-napa.” Sahut Imas
terburu-buru.
“Ahh gue mah ga ikut Mas, lu aja duluan. Gue ga bisa nerima
kesombongan dia ke gue yang barusan!” Hera tetap tidak mau menolong Cinda.
Akhirnya Imas dan April pun,
pergi meninggalkan Hera sendirian dan lekas menolong Cinda yang tengah
kesakitan di luar. Cinda pun diantar April ke UKS, sementara Imas pun kembali
ke kelas untuk menemui Hera yang sedang asik baca buku.
“Ehh Her, si Cinda serius tau jatohnya, kakinya bengkak. Lu
bener gamau liat sama sekali?” bujuk Imas.
“Tapi kan Mas?” sahut Hera.
“Apa? Gara-gara dia ngejek kita tadi? Hem? Udah lah Her, dia
kan juga temen kita. Kalau kita sama-sama kaya dia, berarti apa bedanya dong
kita sama dia? Hem?” jawab Imas.
“Tapi Mas?” sahut Hera.
“Udah ayo ikut ke UKS, memaafkan terlebih dahulu lebih baik,
dari pada punya musuh. Gaada gengsi-gengsian. Inget ! Dia temen kita Her..!”
bujuk Imas.
“Yahh... Tapi Mas? Ya... Yaudah deh!” Hera pun luluh dan
menuruti Imas.
(Masuk Ruang UKS)
“Udah sana kesitu.” Suruh Imas.
“Mmmmmmm... Cin, maafin gue ya, tadi gw kebawa emosi pas lu
ngejek gue dan yang lain. Jadi tadi gue ga nolong lu. Maaf ya, gue salah
harusnya gue ga gini.. “ Hera dengan penuh penyesalan.
“Engga ko Her, gue yang salah, gue salah nilai kalian,
ternyata kalian baik, dan gue salah, gue udah sombong dan ngejek kalian.
Sekarang gue sadar mungkin emang ini ganjaran dari Allah atas apa yang gue
buat.” Cinda dengan nada penyesalan.
“Ehhhh, ko jadi salah-salahan gini si. Peluk dong kan
sahabat. Buat Cinda cepet sembuh ya...” Gurau Imas agar mencairkan suasana.
Dan
akhirnya, perselisihan antara Cinda dan Hera pun berakhir dengan jabat tangan
dan pelukan persahabatan.
“Sejahat apapun siapa pun,
janganlah kita membalasnya dengan kejahatan pula.”
-Hera
Elpira-
Tamat

0 komentar:
Posting Komentar